Senin, 11 Maret 2013

Perpisahan itu Sederhana!

Semenit terakhir, baru kusadari makna dari lambaian tangan saat perpisahan. Pernahkah anda memikirkan makna dari sebuah lambaian tangan saat perpisahan? (bukan perpisahan karena kematian tentunya!)



Lambaian tangan adalah isyarat sebuah hasrat untuk segera bersua lagi dari sebuah perpisahan. Lambaian tangan merupakan gerakan yang terakhir terlintas di pikiran saat  bayangan orang yang ditinggalkan terlihat semakin mengecil dan akhirnya menghilang. Lambaian tangan menandakan bahwa orang yang ditinggalkan memiliki harapan besar mengharap kepulangan orang yang pergi. Hal yang berbeda jika seseorang pergi dan dilepas tanpa lambaian tangan. Memberi kesan dingin, sepi seperti tak ada teriakkkan ”Aku masih disini, memandang kepergianmu dan mengharap kau untuk segera kembali lagi!”

Ini adalah sebuah pemikiran yang terlintas saat aku mencoba memaknai kata perpisahan. Perpisahan yang sederhana adalah perpisahan tanpa kesedihan, air mata, pelukan atau penyesalan. Sebagaimanapun dia berusaha merubah wujud perpisahan yang selama ini terjadi, manusia ya tetap manusia biasa. Cengeng walau air mata tak menetes. Tetap saja perpisahan memberi rasa menyedihkan. Menguak semua kenangan menjadi slide-slide bayangan yang membuat kepala semakin penat dan akhirnya meluap dalam bentuk cairan bening dan hangat dari dua bola mata. Sekali lagi, tak ada perpisahan yang tak meninggalkan kesedihan.

Akan tetapi, sebuah kebodohan besar jika diri terus merutuki perpisahan sementara akan ada banyak pertemuan indah yang tak pernah dipikirkan. Sebuah pemikiran sempit jika karena raga yang terpaut jarak berkilo-kilo meter menjadi alasan untuk merutuki nasib. Konyol! Bukankah terkadang dua insan memang harus dipisahkan agar mereka merasakkan betapa berharga masing-masing bagi dirinya.

Pada akhirnya, perpisahan memang membuat pilu (sementara). Segalanya akan terhapus dan lewat seiring dengan waktu. Percayalah! Akan lebih berharga untuk merancang dan menggapai apa yang ada di depanmu daripada kau terus-menerus menengok ke belakang dan menyiksa matamu untuk terus bekerja mengalirkan tetes airnya. Hidup itu ya begini saja, manusia itu ya bagitu saja. Yang membuat heboh selama ini hanyalah pikiran-pikiran manusianya saja. 

Ini pikiranku, bagaimana denganmu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar